![]() |
Suasana Syawir di PPKHM |
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk
dunia bagai tak terbendung. Kurang dari satu dekade yang lalu jumlah penduduk
dunia kira-kira sekitar 5-6 milyar. Sekarang, sudah 11 milyar. Seiring dengan
pertambahan penduduk itu, tentu bertambah pula masalah-masalah diniyyah
yang melingkupinya. Masalah yang sulit dicarikan nash tersuratnya dalam
Al Quran maupun Hadits.
Namun,
meskipun demikian selaku way of life-nya kaum muslim, Al Quran tentu
tetap menyediakan jawaban-jawaban untuk permasalahan umat muslimin itu.
Walaupun secara tersirat. Dan untuk mengungkap makna-makna Al Quran yang
tersirat itu, dibutuhkanlah orang-orang yang memang memiliki kompetensi
dibidangnya. Merekalah para salafus shalihin.
Kitab-kitab
buah pemikiran salafus shalihin sudah banyak memberikan jawaban-jawaban
untuk masalah yang dihadapi umat. Maka menjadi tugas kitalah untuk mempelajari
dan memperdalam buah pemikiran itu. Tak hanya dengan membaca, tapi juga perlu
mendiskusikannya.
Sudah
sejak bertahun-tahun lalu pesantren membiasakan para santrinya untuk memecahkan
berbagai masalah dengan jalan diskusi, musyawaroh, ataupun syawir. Syawir bisa
menjadi suatu jalan pintas untuk memperluas wawasan. Karena wawasan seorang
dengan yang lainnya tentu tidaklah sama. Inilah tampaknya yang dimaksud oleh
Syaikh Az Zarnuji dalam kitabnya Ta’limul Muta’alim bahwa diskusi satu jam
lebih baik daripada belajar satu bulan.
Karena
pentingnya syawir ini, maka sejak beberapa bulan yang lalu PPKHM sudah
menjalankan program ini. Namun sempat terhenti pada bulan ramadhan, karena ada
kegitan lain. Pondok ramadhan juga libur lebaran. Dan baru dimulai lagi sekitar
dua minggu yang lalu. Tepatnya tanggal 13 september malam sabtu. Tidak tanggung-tanggung,
acaranya dibuka langsung oleh Abah KH. Munir Syafa’at.
Alhamdulillah
pesertanya banyak, karena memang santri PPKHM juga bertambah. Dari yang banyak
itu, ada beberapa pertanyaan yang masuk. Dan tentu, menghasilkan beberapa
keputusan yang penting. Walupun ‘ibarotnya belum terlalu lengkap. Namun
setidaknya ini bisa menjadi suatu tonggak awal dan harapan masa depan. (*)