Senin, 23 Desember 2013

Momentum Senin Legi Yang Sulit Terulang Kembali


PPKHM – Ahad 22 Desember 2013, tepatnya malam Senin Legi jika menurut penanggalan Jawa, PPKHM kembali menyelenggarakan acara rutinannya, Shalawat Simtud Duror. Meskipun cuaca dingin. Meskipun cuaca hujan.

Berbeda dengan malam-malam senin legi sebelumnya, ada yang istimewa pada malam senin legi kali ini. Momentum malam senin legi yang seperti ini, belum tentu bisa terulang kembali meskipun sekali dalam setahun. Malam senin legi kali ini bertepatan dengan Haul ke-2 salah seorang Masyayikh Lirboyo, KH. Imam Yahya Mahrus. Beliau (KH. Imam Yahya Mahrus) merupakan salah satu dari sekian guru KH. Munir Syafa’at, Muassis dan Pengasuh PPKHM.

Menurut keterangan seorang santri yang mengikuti acara Haul KH. Imam Yahya Mahrus di Lirboyo, cuaca di Kediri juga sedang hujan. Atmosfer, cuaca, dan suasana yang sama antara PPKHM Yogyakarta dan PPHM Lirboyo Kediri semoga dapat menjadi tonggak awal PPKHM Yogyakarta untuk menyamai kualitas PPHM Lirboyo Kediri.

Acara Shalawat Simtud Duror dimulai dengan pembacaan Surotul Fatihah yang dipimpin oleh MC. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan sebentar oleh KH. Munir Syafa’at yang memberitahukan tentang Haul KH. Imam Yahya Mahrus. Acara-acara berikutnya berjalan lancar seperti biasa, pembacaan Mujahadah yang dipimpin oleh Bapak Jumali, pembacaan Maulid Simtud Duror yang dipimpin oleh Habib Husein as-Segaf, Mauidhoh Hasanah oleh Habib Syaich Al Atas, dan kemudian penutup.

Karena sebentar lagi memasuki bulan Rabiul Awal, maka Mauidhoh Hasanah yang disampaikan oleh Habib Syaich Al Atas tidak jauh-jauh dari Shalawat dan Nabi Muhammad. Diantara yang beliau sampaikan adalah bahwa Nabi Muhammad adalah al-Abul Akbar. Karena hal pertama yang diciptakan Allah adalah Nur Muhammad. Dan segala hal yang ada disemesta ini diciptakan dari Nur tersebut.

Poin lain yang disampaikan oleh Habib Syaich Al Atas adalah tentang ta’aluq atau hubungan antara Santri dan Kyai. Bahwa seorang Santri ketika melihat ka’aliman dari Kyainya harus termotivasi untuk meniru atau menyamai Kyiainya tersebut. Namun tentu saja proses meniru tersebut bukanlah hal yang mudah. Perlu perjuangan dan pengorbanan. Tidak hanya duduk-duduk dan tiduran. (*)

Sabtu, 02 November 2013

Diniyah Libur, Gara-Gara Ijab Qabul

Dua mempelai sedang saling tukar cincin

PPKHM - Malam hari, tepatnya malam rabu 29 Oktober 2013, pengajian madrasah diniyah pada khissoh yang kedua diliburkan. Pasalnya ada masyarakat yang mau melakukan Ijab Qobul pernikahan di Pondok. Pemberitahuan tentang akan adanya Ijab Qobul ini sebenarnya sudah diberitahukan sehari sebelumnya. Santri-santripun sudah dihimbau agar memakai batik, agar terlihat lebih rapi dan terlihat resmi. Tapi karena tidak semua santri memiliki busana batik, akhirnya tidak masalah memakai baju selain batik. Yang penting rapi. 

Adapun yang bertindak sebagai pengarah dalam acara malam itu adalah Ust. H Zainal ‘Arifin, sosok yang sekaligus menjadi salah satu sesepuh di PPKHM. Sedangkan KH. Munir Syafa’at selaku Shohibul Bait sedang tidak ada di ndalem. Karena bertepatan dengan ada kepentingan lain beliau di luar kota.

Susunan acara ijab qabul ini dimulai dengan pembukaan dan pengenalan masing-masing mempelai oleh MC. Dilanjutkan dengan Khutbah Nikah oleh Ust. H Zainal ‘Arifin. Usai khutbah nikah, acara dilanjutkan dengan ijab qabul. Adapun yang bertindak sebagai penghulu adalah ayah dari mempelai wanita sendiri. Acara ditutup dengan ramah tamah dari keluarga mempelai yang menghidangkan beberapa makanan ringan dan menu makan malam. (*)

Daftar Isi Laman Ini

 



Selasa, 15 Oktober 2013

Suasana Syawir (Musyawarah) di Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien

Suasana Sholat Idul Adha tahun 2012

Aula Al Munawir Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien

KH. Munir Syafa'at sedang memotong tumpeng dalam perayaan Harlah Madin yang ke-1

Foto bersama: Santri dan Pengasuh Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien 2012

KH. Munir Syafa'at, perintis dan pengasuh Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien

Minggu, 06 Oktober 2013

Harlah Madrasah Diniyah; yang “Wah”

KH. Munir Syafa'at sedang memotong tumpeng

PPKHM - Dalam sejarah perjalanan PPKHM, mungkin ini pertama kalinya ada perayaan internal yang memiliki kesan mewah. Perayaan ulang tahun Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien yang ke-2. Mulai dari backgroundnya yang dihiasi dengan tulisan kaligrafi diwani, lokasi untuk undangan VIP, sampai ada pertamanan kecil di depan panggung.

Ketika ditanyai tentang tujuan segala kemewahan ini, Ust. Muchlisin selaku Kepala Madrasah mengungkapkan bahwa “Ini untuk sebagai latihan. Jika suatu saat PPKHM akan menyelenggarakan event besar, jadi sudah terbiasa.” 

Namun demikian, penyelenggaraan perhelatan ini bukan tanpa kendala. Background yang rencananya akan menggunakan font timbul (menggunakan sterofoam-red), akhirnya hanya menggunakan kertas berwarna. Hal ini disebabkan karena sulitnya mencari sterofoam berwarna di sekitar Kotagede. Tapi, secara keseluruhan acara ini berjalan lancar.

Acara yang sedianya telah diselenggarakan tanggal 05 Oktober 2013 ini, atau yang bertepatan dengan tanggal 01 Dzul Hijjah 1434, diajukan menjadi tanggal 03 Oktober 2013 (28 Dzul Qo’dah 1434). Hal ini dikarenakan tanggal 03 Oktober bertepatan dengan Malam Jumat Legi. Kebetulan. Malam Jumat yang merupakan Sayyidul Ayyam bertemu dengan Legi yang merupakan Sayyidul Pasaran dalam penanggalan jawa. Selain itu, hari jumat legi juga bertepatan dengan hari lahirnya KH. Munir Syafa’at selaku perintis dan pengasuh PPKHM. Mungkin akan memiliki arti tersendiri bagi beliau jika perhelatan Ultah Madin diadakan bersamaan dengan hari lahir beliau.

Susunan acara Haflatu Lailatit Tasyakkur Limuroji’is Sanatis Tsaniyyah (perayaan ultah yang ke-2) dimulai dengan performance dari group hadroh PPKHM. Walaupun belum memiliki nama yang paten, dan terkesan jarang latihan, namun penampilan hadroh mereka tidaklah mengecewakan. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan oleh Helza Aulia Rizki selaku MC, pembacaan SK (Surat Keputusan) pengurus PPKHM oleh Lurah Pondok, Muqodaman (khataman Al Quran 30 juz bersama-sama (1 orang membaca 1 juz)), sambutan-sambutan dan pembacaan tata tertib Madin oleh Kepala Madrasah, pembacaan ayat Al Quran dan Sholawat, pemotongan tumpeng oleh pengasuh PPKHM, kemudian ditutup dengan Mauidhoh Hasanah sekaligus doa yang disampaikan oleh KH. Munir Syafa’at.

Pembacaan SK (Surat Keputusan) pengurus PPKHM disellipkan dalam acara Madin karena hal ini dirasa sangat penting dan mendesak. Meskipun dua lembaga tersebut merupakan dua lembaga yang berbeda. Walaupun masih dalam naungan yang sama, PPKHM.

Dalam Mauidhoh Hasanahnya, KH. Munir Syafa’at menyampaikan bahwa Madrasah Diniyah adalah komponen terpenting dalam Pondok Pesantren. Kualitas output dari Pondok Pesantren, ditentukan oleh kualitas pendidikannya (madrasah diniyah). Sehingga bisa dikatakan bahwa maju atau mundurnya Pondok Pesantren tergantung pada Madrasah Diniyah. Karenanya beliau menghimbau kepada seluruh santri dan komponen yang ada di PPKHM untuk bahu membahu memajukan Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien. (*)

Senin, 23 September 2013

Grand Opening Syawaro, Yusyawiru, Musyawarotan-->>Syaawir PPKHM 1434-1435 H

Suasana Syawir di PPKHM

Pertumbuhan dan perkembangan penduduk dunia bagai tak terbendung. Kurang dari satu dekade yang lalu jumlah penduduk dunia kira-kira sekitar 5-6 milyar. Sekarang, sudah 11 milyar. Seiring dengan pertambahan penduduk itu, tentu bertambah pula masalah-masalah diniyyah yang melingkupinya. Masalah yang sulit dicarikan nash tersuratnya dalam Al Quran maupun Hadits.
                Namun, meskipun demikian selaku way of life-nya kaum muslim, Al Quran tentu tetap menyediakan jawaban-jawaban untuk permasalahan umat muslimin itu. Walaupun secara tersirat. Dan untuk mengungkap makna-makna Al Quran yang tersirat itu, dibutuhkanlah orang-orang yang memang memiliki kompetensi dibidangnya. Merekalah para salafus shalihin.
                Kitab-kitab buah pemikiran salafus shalihin sudah banyak memberikan jawaban-jawaban untuk masalah yang dihadapi umat. Maka menjadi tugas kitalah untuk mempelajari dan memperdalam buah pemikiran itu. Tak hanya dengan membaca, tapi juga perlu mendiskusikannya.
                Sudah sejak bertahun-tahun lalu pesantren membiasakan para santrinya untuk memecahkan berbagai masalah dengan jalan diskusi, musyawaroh, ataupun syawir. Syawir bisa menjadi suatu jalan pintas untuk memperluas wawasan. Karena wawasan seorang dengan yang lainnya tentu tidaklah sama. Inilah tampaknya yang dimaksud oleh Syaikh Az Zarnuji dalam kitabnya Ta’limul Muta’alim bahwa diskusi satu jam lebih baik daripada belajar satu bulan.
                Karena pentingnya syawir ini, maka sejak beberapa bulan yang lalu PPKHM sudah menjalankan program ini. Namun sempat terhenti pada bulan ramadhan, karena ada kegitan lain. Pondok ramadhan juga libur lebaran. Dan baru dimulai lagi sekitar dua minggu yang lalu. Tepatnya tanggal 13 september malam sabtu. Tidak tanggung-tanggung, acaranya dibuka langsung oleh Abah KH. Munir Syafa’at.
                Alhamdulillah pesertanya banyak, karena memang santri PPKHM juga bertambah. Dari yang banyak itu, ada beberapa pertanyaan yang masuk. Dan tentu, menghasilkan beberapa keputusan yang penting. Walupun ‘ibarotnya belum terlalu lengkap. Namun setidaknya ini bisa menjadi suatu tonggak awal dan harapan masa depan. (*)

Minggu, 22 September 2013

Profil Madrasah Diniyyah Hidayatul Mubtadi-ien

Lambang Madrasah Diniyyah Hidayatul Mubtadi-ien

Nama Lembaga

Organisasi ini bernama Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Kotagede Yogyakarta, yang selanjutnya disingkat MDHM Kotagede Yogyakarta.

Tanggal Berdiri

Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Kotagede Yogyakarta didirikan pada tanggal 1 Dzulhijjah 1432 H bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2011 di Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Alamat

Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Kotagede Yogyakarta berkedudukan di Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.Jln. Nyi Pembayun. Gg. Garuda. KG II/1051 B. Darakan Kotagede Yogyakarta, Kode pos: 55172

Azas

Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Kotagede Yogyakarta berazaskan Islam ‘Ala Ahlussunnah Waljamaah dan  Pancasila

Visi dan Misi
Visi

Mencetak generasi santri yang tafaqquh fii ad-diin, berpengetahuan luas, cakap, berakhlakul karimah serta berahlus sunnah wal jama’ah.

Misi

Mengajarkan kitab-kitab salaf serta pengetahuan umum secara seimbang, sehingga  terbentuk santri yang mampu beradapatasi disegala zaman.

Tujuan

  1. Mempertahankan ajaran Islam ‘Ala Ahlissunnah Waljama’ah.
  2. Peningkatan mutu pendidikan, ibadah, dan skill dakwah santri pada Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Fungsi

Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Kotagede Yogyakarta berfungsi sebagai tempat pendidikan, kegiatan sosial, dan kegiatan lain yang bermitra dengan Pondok Pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Sifat

Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi-ien Kotagede Yogyakarta bersifat terbuka dengan dasar kekeluargaan dan gotong royong serta sosial edukatif.