PPKHM – Ahad 22 Desember 2013,
tepatnya malam Senin Legi jika menurut penanggalan Jawa, PPKHM kembali
menyelenggarakan acara rutinannya, Shalawat Simtud Duror. Meskipun cuaca
dingin. Meskipun cuaca hujan.
Berbeda dengan malam-malam senin
legi sebelumnya, ada yang istimewa pada malam senin legi kali ini. Momentum
malam senin legi yang seperti ini, belum tentu bisa terulang kembali meskipun
sekali dalam setahun. Malam senin legi kali ini bertepatan dengan Haul ke-2
salah seorang Masyayikh Lirboyo, KH. Imam Yahya Mahrus. Beliau (KH. Imam
Yahya Mahrus) merupakan salah satu dari sekian guru KH. Munir Syafa’at, Muassis
dan Pengasuh PPKHM.
Menurut keterangan seorang santri
yang mengikuti acara Haul KH. Imam Yahya Mahrus di Lirboyo, cuaca di Kediri
juga sedang hujan. Atmosfer, cuaca, dan suasana yang sama antara PPKHM
Yogyakarta dan PPHM Lirboyo Kediri semoga dapat menjadi tonggak awal PPKHM
Yogyakarta untuk menyamai kualitas PPHM Lirboyo Kediri.
Acara Shalawat Simtud Duror
dimulai dengan pembacaan Surotul Fatihah yang dipimpin oleh MC. Kemudian
dilanjutkan dengan sambutan sebentar oleh KH. Munir Syafa’at yang
memberitahukan tentang Haul KH. Imam Yahya Mahrus. Acara-acara berikutnya
berjalan lancar seperti biasa, pembacaan Mujahadah yang dipimpin oleh
Bapak Jumali, pembacaan Maulid Simtud Duror yang dipimpin oleh Habib Husein as-Segaf,
Mauidhoh Hasanah oleh Habib Syaich Al Atas, dan kemudian penutup.
Karena sebentar lagi memasuki
bulan Rabiul Awal, maka Mauidhoh Hasanah yang disampaikan oleh Habib Syaich
Al Atas tidak jauh-jauh dari Shalawat dan Nabi Muhammad. Diantara yang beliau
sampaikan adalah bahwa Nabi Muhammad adalah al-Abul Akbar. Karena hal pertama
yang diciptakan Allah adalah Nur Muhammad. Dan segala hal yang ada disemesta
ini diciptakan dari Nur tersebut.
Poin lain yang disampaikan oleh Habib Syaich Al
Atas adalah tentang ta’aluq atau hubungan antara Santri dan Kyai. Bahwa
seorang Santri ketika melihat ka’aliman dari Kyainya harus termotivasi untuk
meniru atau menyamai Kyiainya tersebut. Namun tentu saja proses meniru tersebut
bukanlah hal yang mudah. Perlu perjuangan dan pengorbanan. Tidak hanya
duduk-duduk dan tiduran. (*)