Senin, 31 Maret 2014

Tanya ‘Wadha’a’

Sumber gambar: himasal.lirboyo.net

ppkhm-yogya.blogspot.com - Sudah jamak diketahui bahwa lafadh wadha’a adalah bagian dari bab tiga dalam Tasrif Amtsilati. Sejauh wawasan saya, dari dulu sampai sekarang, wadha’a adalah bagian dari bab tiga. Hingga wawasan itu harus harus porak poranda malam Ahad kemarin. Dalam mata pelajaran I’lal.

Kejadiannya bermula ketika seorang kawan bertanya “Kok lafadh maudhi’un (isim zaman wa makan dari lafadh wadha’a) nggak ada I’lalnya? Padahal, kalau diikutkan bab tiga seharusnya berbunyi maudho’un.”

Suatu pertanyaan yang tak terpikirkan sebelumnya. Guru kami, Ust. Muchlishin, bahkan juga bingung menjawabnya.
Guru kami lantas berspekulasi. “Lafadh wadha’a ini, jangan-jangan sebenarnya masuk bab dua. Meskipun lam fi’il-nya berupa huruf halqi.”

Memang benar, jika dimasukkan ke bab dua masalah ini akan selesai. Tapi kemudian akan menarik masalah lain. Karena dalam deret tasrif amtsilati dari lafadh wadha’a hanya sighot masdar mim dan isim zaman wa makan-nya saja yang bermasalah. Selainnya normal.

Selain itu, jika kita menengok persyaratan lafadh-lafadh yang bisa dimasukkan ke dalam bab dua, kita akan menemukan bahwa dari binak mitsal wawi hanya yang lam fi'ilnya bukan berupa huruf halqi yang bisa dimasukkan ke dalam bab dua. Entahlah, sampaisaat tulisan ini ditulis, saya belum menemukan jawaban dari masalah ini. (*)