![]() |
Dari pojok kiri atas: KH. Munir Syafa'at, Habib Abdul Qadir, KH. Raden Kholil As'ad, Hadirin Pengajian |
ppkhm-yogya.blogspot.com
– Setelah melalui proses panjang yang melelahkan, akhirnya kegiatan Harlah Ke-3
sekaligus peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. di Pondok Pesantren Kotagede
Hidayatul Mubtadi-ien (PPKHM) terlaksana juga. Perencanaan untuk harlah ini
sudah dirancang sejak jauh-jauh hari. Namun realisasi segala rencana tersebut
baru dikebut dua minggu menjelang acara. Meskipun terkesan nubyak-nubyak
tapi kegiatan harlah ke-3 di PPKHM ini tergolong lancar dan hampir tanpa kendala
yang berarti.
Rangkaian kegiatan Harlah-3 PPKHM ini dimulai dari semaan Al Quran yang berlangsung sejak pagi (22/02) hingga sore harinya. Sebenarnya setelah membaca do’a Khotmul Qur’an pada sore harinya (ba’da ashar), KH. Munir Syafa’at sudah mengajak para santri untuk memanjatkan do’a agar acara Harlah-3 berjalan lancar dan tidak diguyur hujan. Tapi apalah daya, malam harinya tetap hujan. Meskipun hanya sekadar gerimis. Biar bagaimanapun kehendak Tuhan itulah yang terbaik.
Malam harinya yang bertindak sebagai pemandu acara adalah Bagas Mulyanto. Acara diawali dengan pembukaan, pembacaan ayat-ayat suci Al Quran, sambutan dari KH. Munir Syafa’at, doa oleh Habib Abdul Qadir bin Hadi Al Hadar, kemudian puncak acara yaitu Mauidhoh Hasanah oleh KH. Raden Kholil As’ad.
Dalam penyampaian Mauidhoh Hasanah, Kyai Kholil memiliki ciri khas tersendiri. Beliau tidak berceramah panjang lebar seperti kebanyakan Mubaligh pada umumnya. Tetapi beliau mempersilahkan kepada para hadirin untuk bertanya apa saja. Kemudian beliau akan menyuruh santrinya untuk membacakan ayat Al Quran yang berkaitan dengan masalah tersebut. Selain membersilahkan hadirin untuk menanyakan barbagai hal, Kyai Kholil juga mempersilahkan hadirin untuk bertanya mengenai siroh nabawiyah (riwayat perjalanan Nabi Muhammad). Dari mulai kelahiran Nabi sampai wafatnya. Para santri Kyai Kholil pun memaparkan siroh nabawiyah secara rinci sesuai dengan pertanyaan para hadirin.
Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah “tolong bacakan Ayat Al Quran mengenai larangan wanita menjadi pemimpin.” Pertanyaan ini diajukan oleh Santriwati PP. Nurul Ummah Putri.
Pertanyaan
tersebut langsung dijawab oleh Kyai Kholil. Tanpa menunggu pembacaan Ayat Al
Quran dari santri beliau. Karena dalam Al Quran tidak ada ayat yang membahas
masalah tersebut secara gamblang.
Kyai Kholil menjelaskan bahwa di dalam Al Quran tidak ada ayat yang melarang wanita untuk menjadi pemimpin. Tetapi juga tidak ada ayat yang mendukung perempuan untuk menjadi pemimpin. Sedangkan untuk laki-laki, tidak ada ayat yang melarang laki-laki untuk menjadi pemimpin, tetapi ada ayat yang mendukung laki-laki untuk menjadi pemimpin. Di antaranya adalah ayat yang berbunyi ar rijalu qowwamuna ‘alan nisa.
Begitu juga dalam hadits Nabi. Tidak ada hadits yang secara gamblang melarang wanita untuk menjadi pemimpin. Hanya saja Nabi pernah bersabda “Tidak akan beruntung suatu kaum yang dipimpin oleh serang wanita.” Dan Hadits tersebut bukan merupakan larangan.
Kyai Kholil melanjutkan, meskipun beliau tidak mendukung wanita menjadi pemimpin, tetapi beliau wanita-wanita yang duduk di jajaran DPR. Karena pada masa Khalifah Umar Ibni Khottob, beliau (Khalifah Umar) pernah mengangkat wanita-wanita sebagai pengurus atau pengelola pasar. (*)